Sunday, April 13, 2008

Refleksi 3 tahun merantau

Ini perjalananku yang ke sekian kalinya dengan tujuan Pangkal Pinang. Perjalanan dinas yang mengharuskan kami menyelesaikan penggabungan laporan hingga larut malam untuk mengejar deadline konsolidasi laporan di Pusat.

Terkadang, jika tidak terlalu rumit, laporan bisa rampung alam 3-4 hari. Namun jika ternyata banyak hal yang mesti disesuaikan, itu berarti akan menambah panjang waktu menetap di Pulau ini.

Tak terasa udah tiga tahun kami bekerja di BUMN ini. Tepat tgl 4 April 2005 kami ditempatkan di wilayah Bangka Belitung. Namun seminggu kemudian aku dikirim ke Cabang Tanjung Pandan yang ada di Pulau satunya, Belitung.

Walaupun sepi, namun aku kerasan disana. Salah satunya karena suasananya yang sangat ramah pada pendatang. belum lagi karena terdapat bandara disana. Mungkin bagi sebagian orang, ditempatkan didaerah yang terpencil atau jauh dari dunia mall sangat menyiksa. Namun bagiku itu suatu anugerah.

Bahkan Televisi saja tidak kumiliki di rumah dinas itu. Bukan karena diri gak mampu membelinya. Tapi karena aku tau, jika barang tersebut ada di rumahku, aku takkan bisa mengontrol diri dalam hal waktu.

Begitu banyak suka duka yang ku alami di kota ini. Namun semuanya memiliki hikmah yang sangat besar.

Terkadang rasa kangen terhadap keluarga membuatku ingin keluar dari pekerjaanku. Namun jika mengingat inilah anugerah yang kuperoleh, aku ingin tetap untuk berkarya.

Duka yang sempat menghampiriku 2 tahun lalu (batal menikah) akhirnya terobati 6 bulan lalu. Karena sekarang status ku adalah "Mrs". Hehehehe

Walaupun suamiku tidak 1 kota, namun ini semua dengan lapang dada berusaha kujalani. Walaupun terkadang rindu tuk kembali bertemu... Yah begitulah hidup. Penuh dengan komitmen dan konsekuensinya..

3 tahun merantau disitulah aku merasakan kangen dengan keluarga. Bahagia ketika berkumpul kembali dengan keluarga. Nikmatnya berkumpul dengan orang-2 yang kusayangi. Juga perjuangan kami untuk mengurangi rasa kangen itu dengan berbagi rasa antar sesama anak rantau.

Kadang kesedihan tak terbendung ketika menjalani kedukaan. Ketika aku dinyatakan hamil oleh dokter, alangkah senangnya hati ini.

Namun ternyata 2 bulan kemudian aku mesti dikuret. Janin tidak tumbuh kata dokter (walaupun ada banyak sebab yg tak mungkin kuceritakan disini).

Ternyata setelah menikah, kebutuhan untuk berbagi rasa menjadi semakin tinggi. Dan ketika mengalammi kesedihan, ternyata bukan lagi teman yang kuinginkan, tapi bersama suamilah rasa itu ingin kubagi.

Overall... 3 tahun yang penuh pengajaran demi pendewasaan. Aku tetap bahagia dengan apapun keadaan yang kualami...

Terima kasih Tuhan atas semua Anugerahmu padaku...

Friday, April 4, 2008

Ketika Semua Berantem

Bingung pasti... itu yang saya alami. Ketika suasana yang selama ini terasa kondusif buat belajar, tiba-tiba menjadi sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Mungkin hanya masalah sepele. Tapi ketika ego menuntut bahwa dialah yang benar, itulah masalah besar.

Saya heran, kenapa ketika orang-orang yang dulu saling bergiat untuk mencapai kebaikan sudah dikenali orang lain, tiba-tiba antara sesama teman bisa timbul permusuhan. Apakah ini hanya masalah iri dan dengki???

Menurut saya tidak melulu masalah iri dan dengki atas prestasi yang sudah diraih seseorang. Tetapi boleh jadi, ketika ia sudah berhasil, ia lupa akan niatnya semula. Lupa bahwa ketika dulu sama-sama berjuang dengan teman-2 sehatinya, visi inilah yang ingin dicapai.

Namun ketika semua orang sudah memperhatikan ia, ia merasa berhak untuk membenarkan diri. Dan tidak hendak dikritik oleh siapapun.

Bukankah pemimpin yang besar bukan orang yang selalu benar. Tetapi orang yang selalu berjiwa besar dan bersedia mendengarkan orang lain.

Rasulullah sendiri walaupun sudah dihapuskan dosa-dosanya oleh Allah, tetap diperingatkan Allah ketika beliau sedang bersama para pembesar Quraish dan mengabaikan pertanyaan seorang buta yg bertanya tentang Islam.(CMIIW)

Yang terpenting dari semua itu adalah kebesaran jiwa untuk tulus ikhlas menerima masukan bahkan dari orang yg tadinya tidak dianggap. Karena apapun masukan itu, tentulah itu untuk kebaikan diri kita sendiri.

Bukankah, musuh yang mengkritik lebih tulus nilai kritiknya pada kita dibandingkan teman-teman yang hanya memuji diri kita???

Back to our vision.... hanya itu yang bisa kukatakan.

MENEBAR RAHMAT UNTUK SESAMA